Kekuatan Tersembunyi Soi

Jantungku rasanya berdegup lebih kencang malam ini. Bukan karena sesuatu yang romantis atau sesuatu yang mngejutkan, melainkan karena sound dangdut milik tetangga. Tadi sore aku sempat bertanya pada ibu, "memangnya tetangga depan nikah lagi?" Ibu mengunyah ubi saat itu, memberikan jeda untuk beliau menelan, kemudian Ibu menjawab, "bukan kondangan. Sunatan"

Sunatan.

Aku tidak tahu bahwa acara sunat bisa meriah sekali sampai ada dangdut campursari. Aku melongo mendengar jawaban tak terduga Ibu. Ibu hanya mengangguk lalu melanjutkan, "tapi nyunatnya besok siang." Baiklah, lalu kenapa party ini sudah diadakan? Bukankah sound yang ba dum ba dum di hati ini akan menambah kegelisahan dan memacu jantung bocil itu? Ah, atau mungkin mereka menciptakan suasana meriah penuh suka cita dan kegembiraan agar menanamkan pemikiran bahwa sunat itu asyik? Ketika aku sibuk berspekulasi untuk meredam hasrat ingin teriak, Zaq menyadarkanku bahwa sekarang malam minggu. Masuk akal.

Malming campursari untuk menyambut hari sunatan yang asyik pagi harinya. 

Bahkan ketika aku sudah menyumpal earphone dengan noice cancelation, jantungku tetap menggelora. Baiklah, sepertinya aku tidak bisa melawan atau menghindar. Aku kembali ke kamar dan berusaha fokus mengerjakan tulisanku. Samar-samar, ditengah alunan dangdut, aku mendengar kucingku mendengkur. Bukan dengkuran biasa karena suaranya groo grooo. Entah sejak kapan, kucingku bisa ngorok.

Soi tidur melingkar di tas yang kuletakkan di kasur. Soi suka tidur dengan alas tas. Jika badannya muat, aku yakin ia akan memaksa masuk ke dalamnya. Posisi kasur tepat ada di belakangku. Aku menoleh melihat Soi, melihat wajahnya yang nampak cukup damai seakan dunia sedang dalam keadaan prima mempertahankan ketenangan. Suara ngoroknya mirip bapak-bapak. Ia tampak sangat nyaman.

Ia sudah hidup selama lima tahun di rumah ini. Dalam kurun waktu itu, Soi beradaptasi dengan sangat baik. Begitu baik hingga ia tumbuh menjadi kucing yang bisa mengerti tabiat pemiliknya, yaitu aku. Aku senang bernyanyi dan suaraku ketika bernyanyi tiga kali lipat lebih kencang dibanding saat aku berbicara. Soi paling senang nongkrong di kamarku. Ia terpaksa harus beradaptasi untuk bisa tidur di lingkungan yang keras. 

Maka, ditengah dentuman campursari ini, satu-satunya makhluk yang tidak banyak protes atau mengeluh adalah Soi. Ia tetap tidur dalam ketenangan, bahkan wajahnya terlihat sangat damai. Soi bisa bertahan dengan baik di lingkungan yang berisik, tetap makan dan tidur seakan hari berjalan dengan normal.

Tapi, ada sesuatu yang janggal. Sesuatu ini adalah hal yang aku yakini sebagai kekuatan tersembunyi Soi. Ia bisa tidur pulas walaupun berisik, namun, jika ada suara kresek seperti membuka bungkus plastik dari arah dapur, Soi akan langsung bangun. Ia akan berlari ke dapur dan melihat satu persatu orang yang ada di dapur. Jika ada yang makan, maka ia akan terus melihat orang yang sedang makan sampai ia berhasil mengendus makanan itu dari jarak dekat. Jika ia tidak bisa memakannya, maka Soi akan berbalik dan berjalan lesu kemudian merebahkan badannya sembarangan di lantai dapur. Jika Soi bisa memakannya, ia akan melompat ke kursi dan berusaha toel-toel minta dikasih lagi.


0 komentar:

Posting Komentar