Dari dulu, aku suka memberi nama karakter dalam ceritaku hanya dengan satu suku kata. Zaq, Nun, Lud, Kei, Ra, Lis, Sol, Lin, dan entahlah hanya itu yang sejauh ini bisa kuingat, atau sejauh ini nama-nama itu yang banyak menghidupkan ceritaku. Aku memberi mereka cerita, aku menyusupkan pikiranku pada mereka, lalu mereka menari dengan anggun dalam ceritaku.
Hanya satu suku kata. Tidak ada alasan khusus atau alasan yang memiliki makna mendalam, juga bukan karena aku malas memikirkan nama yang lebih panjang. Nama-nama karakterku tidak terdengar keren dan estetik seperti nama Antares, Andromeda, Axier, Alana, Orion, atau nama-nama estetik yang sanggup ditemukan dibanyak fiksi muda-mudi. Nama-nama karakterku tidak punya nama panjang, yang mereka punya hanya satu suku kata. Diri mereka sendiri.
Aku sudah lama tidak menulis cerita. Cerita-cerita dengan nama-nama karakter itu sudah selesai. Cerita mereka sudah selesai. Aku mungkin harus memikirkan nama-nama baru, memulai cerita yang lain. Biarlah mereka hidup hanya pada saat itu, saat aku menulisnya, dan usai ketika epilog datang.
Mungkin jika karakterku hidup, aku ingin mereka melanjutkan ceritanya sendiri, tanpa perlu lagi ada aku yang campur tangan dalam dunia mereka. Aku akan pergi, aku akan memulai lembaran dengan nama baru dan segala yang awalnya terasa asing. Sama seperti aku yang mulai kembali melangkah dan menulis lagi, jika para karakterku hidup, mereka harus melanjutkan hidupnya, melanjutkan cerita mereka sendiri. Teruslah hidup.
Waktu yang kuhabiskan dengan karakter-karakter itu, bergemul dalam satu cerita yang sama, merangkai, dan menikmati tiap alur yang kurancang, semuanya menyenangkan. Walaupun ada saat dimana aku akan duduk diam menatap layar laptop, memikirkan plot selanjutnya, dan memiliki waktu diam lebih banyak untuk berpikir, semuanya tetap terasa menyenangkan, semua proses-proses itu. Banyak yang bisa aku pelajari dari sana, hal-hal baik, hal-hal buruk, menyedihkan, dan segala perasaan yang tumpah ruah bersembunyi dalam kata-kata.
Segala hal yang terjadi pasti selesai. Setelah epilog, mari coba untuk tidak terlalu lama tenggelam dalam cerita yang sudah usai.
Mulai cerita baru, dan
Berbahagialah.
Sampai nanti, entah kapan, aku tidak tahu. Aku selalu ada disini, di ruang mungil ini, berteriak dalam tulisan seperti biasa.
0 komentar:
Posting Komentar