Jejak Pesawat

Selain bermain boneka dan menjadi ibu-ibuan bersama adikku, aku juga suka sekali menemani Ibu mencuci baju di tempat cucian yang berada di lantai paling atas rumahku. Tempat cucian sekaligus tempat menjemur baju ini tidak memiliki dinding-dinding, hanya memiliki pagar kawat berongga.

Dari atas sini, aku bisa melihat rumah teman-temanku. Hihi lucu rasanya membayangkan aku mengawasi rumah mereka dari atas sini tanpa mereka sadari. Seperti pengintai saja, bukan? Sangat misterius!

Aku suka bermain busa sabun cucian. Mengumpulkannya lalu meniupnya kencang-kencang lalu melempar sisa busa sabun ke langit. Di sini langit tampak sangat luas. Aku suka membayangkan bagimana jika aku bisa menungganggi kumpulan busa cucian raksasa lalu terbang ke langit. Dari atas langit nanti, aku bisa melihat rumah teman-temanku dengan lebih jelas.

Saat menemani Ibu mencuci, Ibu suka bercerita banyak hal dan aku juga suka mempertanyakan banyak hal.

Suatu hari, aku melihat pesawat mungil yang melintasi langit saat aku tiduran di kursi panjang dekat mesin cuci. Aku melihatnya lama sekali hingga pesawat itu hilang dari pandanganku. Lama-lama, aku bisa melihat garis putih yang memanjang.

“Ibu, tadi ada pesawat yang bisa mengeluarkan garis putih di langit. Apa pesawat bisa kentut?”

Ibu terbahak mendengar pertanyaanku padahal aku serius bertanya. Soalnya aku pernah melihat gambar seekor katak kentut dan mengeluarkan asap putih di dalam cerita dongeng bergambar.

“Pesawat tidak kentut, Rara.  Sama seperti asap kendaraan yang sering Rara temui di jalan, pesawat juga mengeluarkan asap. Biasanya orang-orang menamainya jejak pesawat.” Begitu penjelasan Ibu.

Aku mengamati jejak pesawat itu lalu mengikuti lintasannya. Gawat! Jejak pesawat itu berada di dekat matahari!

“Ibu! Gawat! Jejak pesawatnya dekat dengan matahari! Pesawatnya bisa menabrak matahari. Rara pernah baca kalau matahari itu panas sekali. Apakah pesawat itu rusak, Bu?”

Ibu tersenyum, aduh senyum Ibu cantik sekali! “Tenang saja, pesawat itu tidak akan menabrak matahari, Rara. Matahari jaraknya sangaaaaat jauh dari Bumi.”

Puuuh. Aku menghela napas panjang. Mendadak aku sangat lega setelah mendengar penjelasan dari Ibu. Aku kembali tiduran di kursi panjang sambil mengamati jejak pesawat yang mulai memudar.

Aku kembali membayangkan diriku menaiki busa raksasa dan terbang. Kali ini, aku membayangkan jejek putih pesawat itu seperti jalanan aspal dan busa raksasaku ini adalah kendaraaannya.

Hihi sepertinya aku juga bisa mencubit awan. Gerombolan awan itu terlihat sangat empuk dan lembut. Kalau aku lelah menaiki busa raksasaku, aku ingin beristirahat dan tiduran di gerombolan awan yang empuk itu. Pasti menyenangkan sekali!

Ibu bersenandung sambil menjemur baju disaat aku sedang berkhayal. Mendengar senandung Ibu, mendadak aku menjadi mengantuk. Perlahan aku tertidur sambil memeluk mimpi tentang perjalananku di langit.

Ketika aku bangun tidur, aku sudah berada di kasur kamarku yang empuk. Ajaib! Jangan-jangan aku terbang menggunakan busa raksasa dan menuju kamarku? Hmm misterius dan menarik.

0 komentar:

Posting Komentar