Sstt, sebenarnya ini rahasia, namun saking luar biasanya, aku tidak bisa menyimpan ini sendirian. Ini hanya untuk kita kita saja, janji, ya. Kalian pasti akan sangat terkejut. Aku? Tentu saja aku tidak terkejut, karena aku sudah menduga akan hal itu sebelumnya. Ngomong-ngomong, sebelum aku membeberkan kisah luar biasa ini, ada baiknya kalian mengenalku terlebih dahulu. Apa? Enak saja kalian sebut aku mencari tenar. Perkenalan ini akan memudahkan kalian memahami ke-luar-biasa-an itu.
Halo! Halo, semua. Namaku Sol dan hanya Sol. Aku lahir disiang hari yang menyengat dengan langit biru tanpa awan. Saat itu orang tuaku tidak memberiku nama hanya Sol. Solamirefamiredo adalah nama yang mereka berikan. Namun, karena terasa sedikit (atau banyak ya) panjang, aku menolak pengajuan nama itu. Bayi-bayi mengerti perkataan orang tua mereka, namun tidak bisa untuk menjawabnya. Dulu pernah ada satu bayi yang langsung menjawab perkataan orang tuanya begitu dia lahir, akhirnya seisi dunia gempar. Kemudian, karena peristiwa itu, kami bayi-bayi sepakat untuk tidak berbicara ketika kami baru saja lahir. Jadi intinya, demi menolak nama itu, aku harus rela menangis meronta-ronta𑁒mengakibatkan aku menjadi sangat lapar. Maka, seperti yang kalian sudah tahu, namaku menjadi hanya Sol.
Aku lahir dan tumbuh dikeluarga yang terdiri dari Bapak, Ibu, Adik, dan kura-kura. Adikku bernama sangat rumit, hingga rasanya kepalaku mau pecah jika harus mengingat semuanya. Maka, panggil saja dia dengan Re. Ia anak lelaki yang umurnya lima tahun dibawahku, namun ia sangat penurut dan tidak memprotes ketika diajukan sebuah nama yang rumit. Sepertinya dia tidak tahu, kelak, saat sudah mulai sekolah, ia akan menghabiskan waktu lebih lama untuk mengisi bagian nama.
Aku adalah anak perempuan mungil dari kota kecil. Anak perempuan biasanya sangat manis, apalagi jika dilahirkan di kota kecil penuh keajaiban seperti ini. Jadi, sama seperti anak-anak perempuan yang dilahirkan di kota kecil penuh keajaiban, aku sangat manis. Tentu saja hal itu bukan berasal dari pengakuan diri sendiri saat melihat cermin dipagi hari yang mengantuk. Pernyataan itu disampaikan melalui mulut tetangga-tetanggaku, apalagi jika aku membuatkan satu poci teh untuk acara rumpi ibu ibu.
Umurku bisa dibilang sepuluh tahun. Aku masih sangat kecil dan muda sehingga aku dikategorikan sebagai "anak kecil" Orang dewasa mengira anak kecil selalu berpikir penuh imajinasi dan kadang tidak masuk akal. Huh, itu semua padahal bukan imajinasi. Keajaiban, bagimana kalau kita mulai menyebutnya dengan sebutan itu? Sewaktu kita kecil, kita memiliki mata istimewa dengan batin yang bersih sehingga mampu melihat banyak sekali keajaiban dan hal-hal luar biasa. Sayangnya, semakin bertambah umur, dunia mencekoki diri kita dengan hal-hal yang memadamkan mata istimewa dan membuat dekil batin. Jadilah, orang dewasa yang ngotot merasa dewasa, ilmiah, dan kolot.
Menjadi dewasa itu tidak mengasyikkan, aku sudah memperingatkan kalian. Jangan merasa senang ditiap kalian bertambah umur, karena itu hanya akan berarti mata istimewa kalian akan meredup dan batin kalian mulai tercampur warna-warna pekat. Duh, mengerikan sekali. Namun, aku tahu bagaimana tetap menjaga mata istimewa dan batin bersih itu. Tidak, bukan sekarang menceritakan itu. Tolong bersabar, karena aku belum selesai memperkenalkan diriku, hanya Sol.
Aku anak perempuan berambut pendek sebahu dengan poni lurus yang menjuntai melewati alis. Aku suka poniku walaupun kadang dia sangat bandel dan jahil sehingga memasukkan ujung helai rambut ke dalam mataku. Namun, walaupun bandel, ia teman yang menyenangkan, apalagi jika cuaca sedang berangin. Semilir angin lembut akan membuatnya bergerak-gerak, menggelitik keningku sambil terus bergerak hingga keningku akan terlihat sepenuhnya.
Aku punya mata yang lebar dan besar, namun tetap tidak selebar mata Burung Hantu yang setiap malam sibuk ku-ku-ku di dahan pohon dekat jendela kamarku. Kalian pasti mengira kalau Burung Hantu itu menyeramkan dan sangat misterius. Sebenarnya tidak, Burung Hantu gemar mendongeng sepanjang malam, menceritakan kisah-kisah yang mereka temui saat malam. Jika berpapasan dengan Burung Hantu, jangan langsung kabur atau melemparinya dengan sandal, karena bisa saja ia akan menceritakan kisah yang tidak bisa kalian temui di buku manapun.
Makanan kesukaanku adalah kue yang dikukus saat bulan purnama. Apa? Kalian sungguh tidak tahu apa hebatnya itu? Tentu saja kalian tidak akan tahu jika tidak pernah mencobanya sendiri. Biasanya, ketika bulan purnama, kelinci bulan akan menjadi sangat sibuk membuat mochi. Terkadang ada saja kelinci ceroboh yang tersandung ketika membawa bahan kue, sehingga bahan-bahan itu berhamburan di langit. Kalian menyebut itu sebagai bintang jatuh. Ketika mencapai bumi, bahan-bahan itu akan berubah menjadi serpihan yang sangat, sangaat kecil, lalu menelusup masuk ke makanan apa saja yang sedang dimasak malam itu.
"Sol!"
Baiklah, itu suara Ibuku yang memanggilku dari dapur. Sepertinya aku harus menyudahi tulisanku ini disini, jika aku tidak ingin Ibu𑁒
"SOL!"
Ups, yang aku khawatirkan sudah terjadi. Baiklah, aku akan melanjutkannya nanti. Bagian perkenalan sudah selesai. Salam kenal, semuanya. Aku harus pergi dulu untuk sekarang, sepertinya untuk memetik beberapa cabe merah di pekarangan. Jika aku tidak pergi sekarang, aku khawatir telinga kalian akan semakin pekak karena teriakan Ibuku yang memanggil namaku.
Namaku, yang hanya Sol dan sangat indah.
Halo, aku suka ceritanya, ringan dan menarik ^^. Cerita yang aman dibaca sebelum tidur karena tidak bikin kepikiran dan meski kadang tidak terlalu mudah untuk dimengerti, aku sangat suka kelinci >,< dan segala jenis hewan lucu yang ada di ceritamu. Penasaran dengan kelanjutannya, semangat terus ya!
BalasHapusHalo halo! Wah, terima kasih banyak sudah membaca dan mengapresiasi. Saya sangat senang membacanya ^^ tentu, saya akan melanjutkannya. Terima kasih untuk supportnya ^^
Hapus