Pergi untuk Tidak Kembali

Hari ini, temanku meninggal. Aku menemukan berita itu dalam grup chat, pagi hari, ketika aku bangun tidur untuk yang kedua kalinya. Mengejutkan, aku tahu itu. Aku hanya duduk diam sementara waktu, hingga akhirnya mengetik balasan untuk janji pergi melayat bersama yang lain. Ini adalah pagi hari yang cerah setelah semalaman hujan turun bersama gemuruh petir. Ini cerah, bukan? Namun, kepergian temanku, membuat hari ini menjadi hari yang sangat gelap untuk beberapa orang.

Bisa dibilang, ia adalah teman masa kecilku. Kami menghabiskan waktu untuk berada di TK dan SD yang sama, bahkan kelas yang sama. Waktu kecil, aku mengenalnya sebagai anak nakal yang periang dengan gigi yang tak pernah absen terlihat ketika ia tersenyum. Aku tidak begitu akrab dengannya walaupun kami cukup sering bermain bersama.

Tadi, aku sempat terbangun sekitar pukul tiga. Melihat layar HP dan menyadari aku lupa memasang timer tidur untuk pemutar musikku. Ketika aku terbangun saat itu, ketika aku menekan tanda berhenti pada musik yang ku dengar, sesuatu sedang terjadi di luar sana.

Kecelakaan itu terjadi sekitar pukul tiga. Jalanan sepi sehabis hujan, menyisakan genang air dan jalanan yang licin. Mendengar cerita dari Ibunya, temanku menabrak truk. Aku tidak ingin menulis detail bagaimana hantaman itu mampu merenggut hidupnya.

Ia pergi selamanya, meninggalkan seorang istri yang tengah mengandung. Ia belum lama ini menikah. Aku tidak sanggup bertemu dengan istrinya. Aku tidak tega melihatnya dan rasanya ingin menangis. Aku tidak ingin menangis.

Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar