Arah

Selama ini kau hanya berbicara mengenai bagimana cuaca melingkupi hari-harimu, buku-buku yang telah khatam dan membeku di sudut kamar, kegelisahanmu akan hal-hal yang belum tentu terjadi, atau tugas-tugas yang menyita seluruh peluh dan sungguh.

Kau merasa hidupmu stagnan, serba datar, dan tanpa ada letupan. Kau hidup, namun hidupmu hanya soal bernafas melalui lubang hidung, saling tukar oksigen-karbon dioksida. Kau tidak tahu caranya hidup sepenuh-penuhnya hidup. Hidupmu tidak hidup. Tidak ada letupan dalam matamu, tidak ada gemuruh dalam jantungmu, dan tidak ada mimpi bahkan dalam tidurmu.

Suatu hari, entah karena apa, kau ingin keluar dari keheningan dalam dirimu sendiri. Kau ingin melangkah, berlari, bahkan ingin melompat tinggi untuk keluar dari sana. Namun, kau tidak tahu arah bahkan tidak tahu bagaimana cara bergerak dari tempatmu bergeming. Mendadak kau merasa lemah dan butuh bantuan entah apapun atau siapapun itu. Kau ingin ada seseorang yang menarik tanganmu, mengajakmu untuk berlari. Kau menunggu untuk diselamatkan.

Penantianmu panjang hingga akhirnya kau sadar bahwa kau terlalu lama diam menunggu. Terlalu lama bergantung dan berharap pada hal yang entah ada entah tidak. Kau menyadari itu, lantas merasa hidupmu hanya sebuah kesia-siaan atas penantian yang kosong. Kau menyalahkan diri sendiri yang bodoh, merutuki hidup, dan tenggelam dalam segala rupa perasaan yang buruk.

Kau lupa. Ada yang kau lupakan. Kau lupa untuk menghitung dirimu sendiri sebagai orang yang akan datang dalam penantianmu. Tidak kah kau pernah berpikir, bahwa seseorang yang akan menyelamatkanmu adalah dirimu sendiri?

Kau cukup kuat dan berani untuk melangkah. Percaya lah dengan dirimu sendiri. Mungkin sekarang kau tidak tahu kemana arah yang kau tuju, namun, cobalah untuk ambil langkah demi langkah. Ke manapun itu, itu tidak masalah. Kelak, kau akan menemukan jalanmu sendiri.

Related Posts:

  • Jalanan       Aku menepis peluh, yang jatuh bersamaan dengan helaan napas ketiga setelah aku mendaratkan kakiku diatas aspal hitam yang t… Read More
  • Zaqi dan Monster Seribu Warna (Untuk kalian yang berpikir keajaiban itu ada, jangan pernah berhenti bermimpi. Sepotong dongeng untuk anak-anak panti. Saat ditampilin, aku malah si… Read More
  • Memang Dia                 Aku menaikkan alis saat melihat ada seseorang yang tiduran ditengah lapang sambil membel… Read More
  • Semesta (Festival Bagian 2. Tamat)                 Sebenarnya lebih menyenangkan menonton di kuil. Dengan stand-stand makanan yang berjajar… Read More
  • Semesta (Festival Bagian 1) Aku mengayun-ayunkan kakiku dengan malas sambil menggeser layar ponsel. Siang hari dengan langit biru sempurna terlalu membosankan tanpa serat-serat … Read More

0 komentar:

Posting Komentar