Sekarang Malam Minggu

    Aku baru saja membeli buku Keajaiban Toko Kelontong Namiya, via online, karena aku tidak ingin melangkahkan kaki keluar rumah. UAS-ku yang menggandeng segala rupa bentuk pusing dan beban pikiran sudah selesai, sekarang aku hanya ingin sedikit bersantai sebelum semester depan kembali dimulai. Segala kesibukan tugas akan kembali dimulai lagi. Aku membencinya, namun, aku tidak benci melihat hasil akhir berupa nilai yang sepadan dengan usahaku melakukan semua tugasku.

    Aku mempertimbangkan baik-baik sebelum akhirnya memilih untuk membeli buku ini. Buku apa yang benar-benar ingin ku baca? Seperti apa cerita yang benar-benar ingin ku nikmati? Buku apa yang tidak membikin kepalaku pusing? Awalnya aku ingin membeli buku dengan cerita pembunuhan karena aku sejujurnya menikmati perasaan tegang dan mencoba menerka seperti apa akhir dari buku-buku yang seperti itu. Namun, sepertinya belakangan ini aku terlalu banyak membaca buku suram. Buku suram, cerita sedih orang-orang, rasa sedihku sendiri, beban pikiranku, kesulitan, dan segala rupa hal negatif laininya. Aku ingin membaca sesuatu yang mampu menghangatkan hatiku sendiri.

    Ah, sekarang malam minggu. Pantas saja, jalanan terasa lebih ramai daripada biasanya walaupun sudah ada imbauan pemerintah untuk diam saja di rumah jika tidak terlalu penting. Apakah malam minggu sebegitu pentingnya? Sekarang malam minggu dan cuaca sedang dingin-dinginnya. Hujan mengguyur sejak pagi tadi, menyisakan genangan air dan udara yang dingin. Sepertinya ada orang-orang yang rela melawan dingin.

    Bicara soal malam minggu, aku adalah manusia yang dari dulu tidak memahami malam minggu-an. Aku hanya mengartikan malam minggu sebagai malam yang sedikit santai karena besoknya adalah hari libur. Sama saja dengan malam-malam biasanya, yang spesial adalah hari minggunya karena libur. Jika ada orang yang mengajak pergi dengan embel-embel “malam minggu-an” aku pun sebenarnya biasa saja, tidak menganggap itu adalah hal yang spesial. Bukankah sama saja jika pergi malam senin, malam rabu, atau malam minggu? Sama-sama malam hari. Aku pernah membicarakan soal ini dengan temanku, ia hanya merespon, “kamu belum ketemu orang yang pas saja.”

    Apa hubungannya? Aku tidak mengerti, memilih diam dan tidak bertanya karena aku bingung dengan responnya. Menurutku, pergi dengan orang yang pas di malam apapun juga akan terasa spesial, tidak harus malam minggu. Aku justru orang yang menghindari untuk pergi di malam minggu karena tidak tahan dengan keramaiannya yang menyesakkan. Memilih diam di rumah, beristirahat.

    Hal itu juga berlaku untuk malam tahun baru. Bagiku, malam tahun baru sama saja. Hanya karena itu terjadi setahun sekali, apakah itu lantas menjadi spesial? Kita melewati pergantian detik, menit, jam, hari, minggu, dan bulan—pergantian waktu. Malam tahun baru, pertanda pergantian tahun, sama halnya dengan pergantian waktu. Namun, banyak sekali resolusi dan harapan yang dilambungkan untuk pergantian waktu yang satu ini. Apakah membuat tujuan dan harapan harus dilakukan di awal tahun? Kita punya banyak sekali momen pergantian waktu, dimulai dari pergantian waktu yang paling kecil—pergantian detik. Namun, kenapa harus melalui pergantian waktu yang memiliki jeda yang lama untuk membuat tujuan, harapan, resolusi?

    Tidak harus menunggu pergantian tahun. Jika memang bersungguh-sunggu dengan tujuan dan harapanmu, kau pasti akan merencanakannya secepat mungkin. Bahkan, kau mungkin akan langsung merencanakannya begitu terbesit di pikiranmu.

Related Posts:

  • Dunia Batas                 Aku pernah bermimpi tentang dunia batas. Itu adalah batas dari dunia—alam semesta. Ada s… Read More
  • Kadang Kadang, aku hanya ingin seperti batang pohon itu Yang diam walaupun angin merontokkan semua daunnya Kadang, aku hanya ingin seperti gerimis Yang s… Read More
  • Siapa Saja, Tolong!     Berbicara tentang mimpi, aku punya banyak. Mereka berjejalan memenuhi angkasa. Seperti oksigen. Tidak terlihat, namun selalu bisa … Read More
  • Ini Rahasia        Aku sedang jatuh cinta. Bukan kepada seorang laki-laki dikelasku, kelas lain, atau di sekolahku. Bukan pula kepada laki-la… Read More
  • Aku dan Kura-Kura                 Memang berbeda. Bapak dengan pemikiran berdasar logika, dan Ibu yang menyangkut pautkan … Read More

0 komentar:

Posting Komentar