Dimana Kau Letakkan Mimpimu?


Hidup adalah serentetan untaian mimpi, harapan, dan keinginan. Seseorang pasti memilikinya entah sekecil atau seredup apapun itu. Jika seseorang mengatakan bahwa ia tidak memilikinya, bisa saja karena ia tidak menyadarinya.

Jika mimpimu terlampau kecil hingga kau tidak menyadarinya, cobalah untuk mencari mimpi yang lebih besar. Jangan pernah takut bermimpi tinggi. Justru kau harusnya takut jika kau tidak bisa bermimpi. Bukankah hidupmu akan sepenuh-penuhnya hidup jika ada mimpi di dalamnya? Satu mimpi akan membikin kamu berusaha, merasakan jatuh bangun, lonjakan semangat, perasaan sedih atau senang yang menggebu. Bahkan, kadang sebuah mimpi akan menuntunmu pada sebuah pemikiran yang baru. Bahkan, kadang sebuah mimpi bisa membuatmu bertemu dengan orang-orang baru.
                
Soal jatuh-bangun dan gagal itu hal yang wajar. Yang tidak wajar dan membahayakan itu justru ketika kamu jatuh, kamu tidak punya pijakan untuk bangkit. Kamu terus terperosok terseok-seok ke dalam lubang kesedihan tanpa tahu bagaimana cara kembali.
                
Setiap orang selalu punya perasaan takut gagal. Bedanya, seberapa besar perasaan itu dan bagaimana cara mereka menanganinya. Jangan pernah mau dikendalikan perasaan takut gagal dan menjadi ragu dalam melangkah. Ini hidupmu, buatlah sebuah keputusan dalam bertindak. Apapun pilihanmu nanti, itulah jawaban terbaik. Tidak ada yang salah dalam pilihan yang dipilih oleh manusia.
                
Jangan buru-buru menyimpulkan bahwa pilihanmu salah. Selalu ada jawaban dan alasan di balik tiap keping kejadian. Kalau kamu merasa pilihanmu salah, kamu hanya belum menemukan jawabannya saja.
                
Seperti Bapakku yang gagal dalam mimpinya menjadi guru Bahasa Inggris lantas mengubah haluan menjadi guru olahraga. Dulu, Bapak mendaftar perguruan tinggi dengan mengambil jurusan Bahasa Inggris. Beliau gagal, memutuskan untuk menunda kuliah selama setahun. Tahun selanjutnya, Bapak meletakkan jurusan olahraga dipilihan pertamanya entah karena dasar apa. Beliau diterima. Saat menjalani perkuliahan, kadang Bapak merasa sedang ditempatkan di tempat yang salah. Selama rentang waktu kuliah, Bapak sering cuti kuliah.
                
Namun, dibalik kejadian itu, beliau menemukan alasan mengapa takdirnya ada di sana. Bapak bertemu dengan Ibuku yang saat itu menjadi adik tingkat beliau. Jika saja Bapak diterima di jurusan Bahasa Inggris, beliau tidak akan bertemu dengan Ibu. Itu artinya, aku tidak akan pernah melihat dunia ini. Aku tidak akan pernah ada.
                
Atau aku yang bermimpi ingin menjadi asronom. Aku tahu mimpi itu sudah sepenuhnya remuk ketika aku memutuskan untuk tidak mandaftar ITB jurusan astronomi. Aku mencari mimpi baru dan pilihanku jatuh pada DKV. Dibalik itu semua, aku menemukan orang-orang yang baik di ISI. Aku menemukan pengalaman baru dan tentu saja mimpi baru. Aku masih menunggu dengan was-was takdir seperti apa yang akan aku terima nantinya.
                
Jadi, walaupun satu mimpimu tumbang dan porak poranda, cobalah mencari mimpi yang baru. Buatlah sebuah pilihan dan cobalah untuk melangkah. Ini memang hal yang lebih mudah diucapkan dan terdengar sangat idealis, namun, pemikiran idealis dan realitis memang harus seimbang, kan?
                
Sebuah idealisme untuk membuatmu terus termotivasi untuk melangkah dan sebuah realitisme untuk membikin langkahmu teratur.
                
Ingat, jangan pernah berharap terlalu tinggi. Berharap boleh, namun sesuai porsinya. Boleh berharap, asal masih memikirkan sisi negatifnya. Jangan coba-coba berharap tanpa tahu sisi negatifnya atau resiko buruk kedepannya. Melakukan hal itu sama saja dengan bunuh diri.

0 komentar:

Posting Komentar