Buih Jadi Gelombang

Kelak, akan kau temui perempuan yang lebih hebat daripada aku. Mungkin tidak kau dapati jiwa seorang penyair atau seniman dalam dirinya. Mungkin, ia lebih menjiwai dua atau satu hal itu. Entah dengan cara apa, kau akan menemukannya. Percaya.

Pun jika suatu hari nanti akhirnya aku akan terlupakan, aku akan tetap bisa mengingatmu. Aku simpan dengan rapi di dalam kardus sepatu ukuran tiga puluh enam. Semua karyaku. Tidak sampai hati aku jika harus membuang itu semua. Mereka adalah hasil pemikiran aku, perasaan, tenaga, konsentrasi, kau.

Kemudian waktu tak lagi sama. Sedang pikiran aku entah kau akhirnya telah menemukan arahnya sendiri. Kau tak bisa mengelak pada hal yang harus terjadi, suatu saat nanti. Masing-masing kita ialah buih. Pun buih akhirnya menjadi gelombang. Apakah kau dan aku, buih yang bermuara menjadi gelombang yang sama?

Dalam tulisan ini, jiwa penyair dan seniman aku, menyayangi kau.

Untuk: Tuan Teduh

0 komentar:

Posting Komentar