Kalau
mau nyiksa aku, gampang kok. Kamu cukup liat mataku, lalu kamu senyum. Ah,
menyiksa. Rasanya aku jadi ngga pengen ngeliat ke arah lain. Kamu aja. Kamunya maksa
buat diliat. Iya, kan? Buktinya, itu matamu teduh. Sial.
Iya,
aku udah takluk. Sial lagi kan. Padahal, diantara kita berdua, kamu yang paling
sering jadi korban. Aku pelakunya. Pelaku godain kamu aja. Ngga yang lain. Tapi
ujungnya, sang korban menaklukkan pelaku. Ngga ada penghargaan apa-apa. Kamunya
kadang jadi pelaku soalnya. Kalo diitung, siapa yang skornya paling tinggi?
Hmm. Apa
lagi ya. Ah, iya. Aku cuma mau ngingetin, jangan ajak aku kalo kamu mau liat
langit malam. Nanti langit cemburu. Aku lebih tertarik ngeliatin kamu. Bohong kok.
Aku sama senangnya kalo ngeliat bintang. Suka senyum-senyum sendiri. Tapi kamu
bukan bintang. Kamu objek lain yang sama-sama punya gravitasi super buat
ngebikin aku tertarik ke kamu.
Tiga paragraf
itu, aku godain kamu. Skorku lebih tinggi ya. Kamu kalah kali ini. Tapi aku
ngga bohong kalo kamu menarik. Menarik buat digodain. Haha. Becanda. Serius. Iya,
aku serius becanda. Mau yang serius?
Aku mau
ke kamu.
(Eh,
sejak kapan kita main skor-skoran? Yang ada itu, hutangku ya. Kubayar seribu,
gak dibolehin. Seribu, loh. Padahal hutangku dibawah 100.)
0 komentar:
Posting Komentar