Kita
semua suka bercerita tentang apa saja. Selagi ada cerita, kita terhubung.
Sekalinya terhenti sebuah cerita, usai sudah kita menyelami malam. Seakan tidak
pernah terjadi apa-apa. Diantara aku, kau, dan cerita yang entah darimana
muasalanya. Bisa saja dari aku sendiri, kau sendiri, atau cerita dari hilir
yang entah dimana hulunya.
Ini
Jumat 13. Gerimis membasuh kota. Kotamu, bukan kotaku. Awan kembali menutup
bulan, bergelung saling sikut untuk berada paling depan. Kotaku, bukan kotamu.
Aku terduduk di kursi teras, disuguhi dengan sapuan lembut lampu jalanan. Disini,
bukan disana. Kau sibuk membelah jalanan yang padat, entah hendak kemana.
Disana, bukan disini.
Aku
beringsut masuk ke dalam rumah. Menutup perlahan pintu, lalu melangkah masuk ke
dalam kamar. Aku tertawa sekilas melihat tugas matematika yang terlupakan. 20
butir soal. Lebih pahit dari obat yang kuminum pagi tadi. Baiklah, mereka tidak
bisa menyelesaikan masalah mereka sendiri. Aku menarik kursi, mengerjakan. Yang
sedang kukerjakan, bukan yang sedang kau kerjakan. Kau?
Kesibukan
bak rutinitas diluar sana. Sibuk apa dulu? Ada yang sibuk pura-pura bertanya,
sibuk menjadi ‘ada apa’ walaupun sebenarnya hanya ingin tau tanpa peduli, sibuk
bersikap agar dicintai namun sebenarnya ia sendiri tidak, sibuk sekolah, sibuk
pekerjaan. Aku masih sibuk dengan drama ‘Panggung Seribu Tiga Perasaan’ yang
harus dipaksa selesai, dipentaskan, lalu terlupakan. Namun dialog milik Hopper
terhenti di ujung mulut. Kesibukanku, bukan kesibukanmu. Kau?
Tau
apa? Aku, bukan kau. Aku, bukan dia. Aku, bukan mereka. Ini Jumat 13.
Purwodadi, 13 Januari 2017
Untuk: Tuan Teduh
0 komentar:
Posting Komentar