Aku suka saat-saat seperti ini saat aku masih kecil.
Malam semakin larut. Lampu-lampu kamar sudah padam. Hanya kamarku yang lampunya masih menyala, dan sebuah lampu tidur masih menunggu dengan siap untuk dihidupkan kapan saja.
Aku tiduran dengan lengan Bapak yang kugunakan sebagai bantal. Lalu tangan Bapak yang satunya lagi akan mengelus-elus kepalaku. Aku paling suka kalau kepalaku dielus seperti ini. Ketika aku sedih atau ada masalah tentang sekolah, kami sering melakukan hal ini. Lalu Bapak akan bercerita. Tentang apa saja, masa kecilnya, kuliahnya dulu, atau pengalamannya saat menjadi petani jeruk.
Sejurus kemudian, aku akan mulai lupa masalahku, dan larut dalam cerita Bapak. Selalu menyenangkan untuk menyimaknya. Sedihku akan berubah menjadi tawa yang terpingkal-pingkal. Bapak memang bukan pelawak, tapi leluconnya selalu sukses membuat 1 rumah tertawa.
Lalu, pasti, ditengah cerita lucunya dan tawa kami yang mengisi langit-langit kamar, Ibu akan muncul di ambang pintu. Dengan daster dan rambutnya yang mencuat kemana-mana, beliau selalu mengatakan hal yang sama, "Lihat, jam berapa sekarang? Tertawa malam-malam tak pernah menjadi hal yang bagus" Lalu setelah itu, Ibu akan kembali ke kamarnya lagi.
Sama seperti saat aku kecil, sekarang kami melakukannya lagi. Kali ini tanpa masalah sekolah. Hanya rindu.
0 komentar:
Posting Komentar