"Aku ingin pergi ketempat itu"
"Kemana?"
Telunjuknya terangkat. Ku ikuti arah telunjuknya yang terbalut sarung tangan tipis. Deru napasnya berubah menjadi uap yang melayang di udara. Dingin. Bahkan syal merah yang kulilitkan dilehernya belum cukup untuk mengurangi dingin.
Musim dingin memang tak pernah menjadi sahabatnya.
Ia mengusap-usap telapak tangannya.Berusaha mencari kehangatan dari gesekan yang ia hasilkan. Tapi musim dingin terlalu kuat untuk ditaklukkan oleh bocah 12 tahun itu. Ku raih sebelah tangannya, lalu menggenggamnya.
"Ayo, sebelum turun salju lagi. Lebih menyenangkan duduk di depan perapian dengan cokelat panas buatan Ibu daripada melihat tumpukan salju diatas kepala kita"
Ia mengangguk, lantas membiarkanku berjalan beberapa langkah didepannya. Kaki milikku panjang, menimbulkan langkah lebar-lebar. Ia hanya berjalan pelan tanpa banyak komentar.
"Yakin mau dikubur disini?" Aku bertanya pelan-pelan.
Anggukan kepalanya adalah jawaban. Ia berjongkok di depan pohon sakura, lalu mengeluarkan buntelan kain dari dalam saku nya. Ia membukanya perlahan, sedangkan aku mengais tanah untuk membuat lubang.
Hamster itu sudah tidak mau makan semenjak awal musim dingin. Usianya sudah lumayan tua untuk seumurannya. Lalu tiba-tiba, pagi tadi, kami menemukannya sudah tergolek begitu saja di kandangnya. Adik perempuanku sempat terisak sebentar, lalu menarikku keluar rumah untuk menguburkannya.
Ia meletakkan hamster itu perlahan. Lalu menutup kembali lubang itu dengan tanah.Salju perlahan turun. Mungkin kita kurang cepat melakukan hal ini.
Kami beranjak. Meninggalkan hamster kami yang sekarang sudah tertimbun tanah.
"Kak, disana hamster kita sudah tenang ya"
Aku hanya mengangguk.
0 komentar:
Posting Komentar