(Untuk kalian yang berpikir keajaiban itu ada, jangan pernah berhenti bermimpi. Sepotong dongeng untuk anak-anak panti. Saat ditampilin, aku malah sibuk tidur dirumah. Maafkan)
Dahulu
kala, hiduplah monster yang memiliki banyak warna pada bulunya. Penduduk desa
memanggilnya Moa. Moa memiliki kekuatan
dapat mengabulkan permohonan karena bulunya yang ajaib. Tetapi, lama
kelamaan Moa merasa dirinya yang paling hebat dan akhirnya ia menjadi sombong.
Akibat
kesombongannya, ia diberi hukuman oleh para bintang. Bulu-bulu Moa tidak
berwarna-warni, melainkan berwarna abu-abu dan Moa tidak bisa mengabulkan
permohonan lagi.
Suatu
malam, Moa duduk termenung memikirkan bagaimana bulu-bulunya dapat kembali
seperti semula. Saat itu, bintang jatuh melintas dan mengatakan sebuah petunjuk
untuknya.
“Jika
ingin bulu-bulumu kembali seperti semula, kamu harus memiliki hati yang baik
dan perbaiki lah sifatmu” Kata bintang jatuh itu. Sebelum Moa bertanya
bagaimana caranya, bintang itu sudah melesat pergi.
“Huh,
apa yang harus aku lakukan agar aku menjadi baik” Moa mendengus.
Paginya,
ketika Moa sedang sibuk merapikan rumahnya, ada seorang penduduk yang mengetuk
pintunya. Jarang sekali ada penduduk yang mau berkunjung ke rumahnya. Moa
membukakan pintu dan melihat seorang pemuda yang terlihat kelelahan.
“Moa,
aku butuh pertolonganmu. Nenekku sakit dan tidak ada tabib yang mampu
menyembuhkannya” Kata pemuda itu sambil memohon.
Moa
menggeleng, “Tidak. Aku tidak bisa. Bulu-buluku sudah berubah menjadi abu-abu
dan kekuatanku menghilang. Pergilah”
Pemuda
itu pantang menyerah, “Tolonglah. Pasti ada cara agar bulumu kembali”
“Beri
tahu aku, bagaimana cara menjadi baik?” Tanya Moa.
Pemuda
itu diam. Lalu Moa melanjutkan, “Pergilah!” bentak Moa. Suaranya yang keras
terdengar di segala penjuru hutan.
“Aku
tahu caranya” Kata pemuda itu sambil tersenyum, “Sebelumnya, namaku Zaqi”
lanjutnya lagi.
Moa dan
Zaqi duduk di kursi kayu yang terletak di depan rumah Moa. Pagi itu terlihat
sangat sepi karena teriakan Moa tadi membuat para hewan takut untuk keluar
mencari makan.
Zaqi
menghela napas, lalu berkata, “Mudah saja menjadi baik. Misalnya dengan
membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongan, ramah dengan orang lain, dan
rendah hati. Aku tahu kalau bulumu berubah karena sifat sombongmu itu”
Moa
menunduk. Selama ini ia selalu merendahkan orang lain dan menganggap dia lah
yang paling hebat. Namun, ia sadar bahwa setiap orang memiliki kelebihan
sendiri-sendiri. Moa menyesal karena sudah bersikap sombong.
“Darimana
aku harus memulai agar menjadi baik?” Tanya Moa.
“Ayo
kita pergi ke desa. Mungkin saja ada yang membutuhkan pertolongan”
Sesampainya
di desa, mereka melihat seorang petani yang kesusahan mengusir para burung yang
sibuk memakan bulir-bulir padi yang hendak dipanen. Petani itu sibuk
berteriak-teriak agar para burung itu pergi. Moa dan Zaqi mendekati petani
tersebut.
“Tumben
sekali tidak menggunakan boneka jerami” Kata Zaqi.
“Huh,
boneka itu sudah rusak. Para burung terus saja datang. Sebentar lagi musim
panen dan aku tidak ingin bulir-bulir padiku habis dimakan burung” Petani itu
mendengus sambil mengusap keringat di dahinya.
Matahari
sudah berada di atas kepala. Terlalu panas jika berdiri di tengah sawah, jadi
petani itu memilih berteriak-teriak dari bawah pohon yang berada di tepi sawah.
Aha!
Tiba-tiba Moa memiliki ide, ia segera berkata kepada mereka, “Bagaimana kalau
aku saja yang berdiri di tengah sawah dan menakut-nakuti para burung? Selagi
aku mengusir mereka, kalian buatlah boneka jerami baru”
Moa
melonjak kegirangan. Ia berlari kecil ke arah pematang sawah. Sedangkan Zaqi
dan petani tadi, sibuk mengumpulkan jerami-jerami serta perlengkapan lainnya.
Moa
semangat sekali mengibas-ibaskan tangannya dan ekornya tiap kali ia melihat
burung yang hendak mendarat mencuri bulir-bulir padi. Ia kepanasan tapi ia
merasa senang dapat membantu orang lain dengan tulus. Sesuatu yang dilakukan
dengan tulus, rasanya menyenangkan, kan.
Di
bawah pohon, Zaqi tersenyum puas melihat boneka jerami baru yang mereka buat.
Baju bekas yang didapat dari tetangga petani itu tampak pas melekat ditubuh
boneka itu. Topi jerami yang dibuat Zaqi terpasang dikepalanya.
“Moaa,
boneka jeraminya sudah selesai” Zaqi berteriak memberi tahu Moa. Ia menunjuk ke
arah boneka jerami yang disandarkan di pohon.
Moa
mengangguk, lalu berjalan menghampiri mereka. Ia membawa boneka itu ke tengah
sawah, dan mengikatnya dengan kokoh. Nah, masalah beres. Kali ini, tidak ada
lagi burung yang berani macam-macam.
“Terima
kasih, nak. Aku tidak bisa memberikan apa-apa karena belum musim panen. Tapi,
jika kalian membutuhkan pertolongan, dengan senang hati akan kutolong” Petani
itu tersenyum kepada Moa dan Zaqi.
Mereka
berdua pamit dan kembali ke hutan. Tak disangka, hari sudah malam saat mereka
tiba di rumah Moa. Suara hewan-hewan malam gaduh terdengar.
Mereka
berdua duduk di tanah lapang dekat rumah Moa. Sekedar untuk menikmati angin
malam dan mengistirahatkan kaki-kaki mereka yang pegal.
“Ada
bintang jatuh” kata Zaqi pelan sambil menunjuk ke arah langit. Moa ikut melihat
ke arah langit yang ditunjuk oleh pemuda itu.
Lama-lama,
bintang jatuh itu semakin banyak. Ah, ternyata para bintang turun dan
mengembalikan warna pada bulu Moa. Bulu-bulu Moa bersinar terang sekali saat
bintang-bintang itu memberikan warna. Ketika para bintang selesai, bulu Moa
sudah kembali seperti dulu. Berwarna-warni. Namun, bulu Moa kali ini lebih
indah.
“Zaqi,
lihat! Aku sudah kembali menjadi monster seribu warna!” Moa berseru senang.
Zaqi ikut senang mendengarnya.
“Moa,
aku ingin berkata jujur kepadamu,” Kata Zaqi. Ia menghela napas, lalu
melanjutkan, “Sebenarnya aku adalah utusan dari dewa langit untuk membantumu
mengembalikan bulu-bulumu. Sekarang,
berjanjilah kau akan menjadi monster yang baik”
Moa
mengangguk. Mulai sekarang ia akan berusaha menjadi lebih baik. Sekarang, ia
adalah monster seribu warna dengan seribu kebaikan.
Fin
0 komentar:
Posting Komentar