Dia
masih sibuk berkutat di pojokan ruangan. Suara musik mengalun pelan dari radio
kusut yang di dekapnya. Bukannya tak mampu, ia hanya enggan mengganti radio tua
yang menimbulkan suara berdenging di telinga sewaktu-waktu. Banyak kenangan,
begitu katanya.
Padahal
di luar, bulan dan bintang sedang bersinar. Awan terlalu sibuk dan tak sempat
menghalangi sinar mereka. Suara hewan-hewan malam sibuk bersahut-sahutan.
Seakan berlomba, siapa yang suara nya paling keras. Tapi ia tak memperdulikan
itu semua. Ia lebih suka, duduk mendekap 2 hal yang ia punya. Radio tua dan
kesedihan.
Waktu
masih berjalan. Lamban seperti siput. Suara detik jam samar-samar terdengar.
Hilang timbul dengan suara radio itu yang sesekali berdenging. Seakan jam itu
sudah lelah menjalankan jarum-jarumnya. Hari berganti minggu, lalu bulan,
setelah itu tahun. Jam itu sudah ada di sana bertahun-tahun. Mengawasi pemilik
rumah yang sekarang tak bisa berjalan tanpa bantuan tongkat.
Seekor
kucing hitam sibuk menggelung badannya di dekat kursi goyang. Telinga miliknya
bergerak sesekali saat radio itu berdenging. Tapi, ia tak merasa terganggu
dengan itu. Ia tau kesedihan pemiliknya, jadi ia memutuskan untuk menemaninya.
Walaupun ia tau, pemiliknya tak akan mengerti apa yang ia katakan. Cukup berada
disini, mungkin sudah mengurangi sedikit bebannya.
0 komentar:
Posting Komentar