Batas

Ternyata sudah sebulan lebih sejak tulisanku yang terakhir. Apa yang sedang kukerjakan belakangan ini hingga aku bahkan sama sekali tidak melirik ke arah blog, tulisan, dan hal-hal itu? Sebenarnya, tidak ada. Aku hanya menjalani hidup seperti biasa. Hanya saja fokusku sudah terbagi menjadi dua, ke tugas akhirku dan aku memutuskan berjualan fanmerch lagi. Jika bercabang lebih dari dua, sepertinya aku akan kehilangan jam tidur siang. Aku tidak mau itu terjadi.

Aku memiliki sedikit waktu luang untuk memikirkan hal lain sore ini, makanya aku putuskan menggunakannya  untuk menulis. Sekarang pukul lima sore, aku menunggu pesanan makananku datang. Aku tidak bisa berpikir jika perutku lapar, jadi aku putuskan untuk melanjutkan kesibukanku lagi nanti setelah perutku kenyang. 

Aku sempat melongok ke arah luar jendela tadi, melihat orang-orang berlalu lalang. Kadang aku berpikir kesibukan apa yang mereka jalani hingga penuh ketergesaan begitu? Aku menyandarkan kepala pada kisi jendela, pikiran itu selalu lenyap dengan cepat dan aku berakhir hanya bengong mengamati mereka. Begitu awan menyingkir dan cahaya matahari tepat menyorot mataku, aku menutup kerai jendela dan kembali duduk di kursiku.

Maka disinilah aku sekarang.

Ngomong-ngomong, kenapa ya hidup rasanya begitu penuh ketergesaan? Seakan kita sedang berlari atau mengejar entah apa. Sebenarnya aku tahu jawaban praktisnya. Waktu manusia terbatas. Segala yang menyangkut manusia pasti terbatas, tapi dalam urusan waktu, walaupun terbatas, kita tetap memilikinya, kan? Kenapa kita tidak menggunakannya sesuai keinginan diri sendiri, sepenuhnya dalam kendali dalam memanfaatkan waktu? Itu berarti boleh berjalan lambat, berproses dengan tenang, dan tidak tergesa. Tentu saja, lagi-lagi, aku tahu jawaban praktisnya. Tuntutan kehidupan bahkan mungkin sosial.

Entah siapa yang memutuskan ada jadwal dalam hidup manusia. Umur sekian harus lulus sekolah, umur sekian harus memiliki pekerjaan, umur sekian harus menikah, umur sekian harus memiliki keturunan, umur sekian harus pensiun. Umur sekian dan umur sekian. Siapa yang menentukan jadwal itu dan kenapa kita seakan terbelenggu di dalamnya, dituntut untuk tepat waktu sesuai jadwal? Aku sebenarnya juga mengetahui jawaban praktisnya. Kondisi biologis manusia yang secara tidak langsung membuat jadwal itu.

Di sela aku memikirkan hal yang tidak perlu dan aku hanya melempar pertanyaan dan menjawabnya sendiri dengan jawaban praktis, ada sebuah pesan masuk. Aku melihatnya dari notifikasi dan memutuskan untuk membukanya karena penasaran apa isi rekaman suara durasi empat detik itu. Aku mendengarnya menirukan suara kucing makan, kucing wiwiwi. Dari dulu ia memang suka menirukan suara-suara aneh, termasuk menirukan sfx orang tidur, yang tiap kali ia melakukan itu rasanya aku ingin memukulnya. Tapi tidak kulakukan karena energiku sudah berubah menjadi tawa dan rasa tidak habis pikir dengan kelakuannya.

Ah, makananku sampai. Sekarang pukul 17.22 WIB. Butuh setengah jam bagi makanan itu untuk sampai di alamatku. 

0 komentar:

Posting Komentar