Haha.
Mari buka dengan satu tawa kecil yang hambar. Saking capeknya, aku tidak tahu bagaimana harus bereaksi. Banyak sekali yang harus dipikirkan, karena aku hidup. Karena manusia hidup, maka selamanya ia akan terus dipenuhi oleh pikiran-pikiran yang kadang seperti air bah yang meluap hingga membuat diri sendiri rasanya mau meledak.
Orang-orang berkata bahwa aku kuat. Kuat itu sebenarnya bagaimana cara mereka menilainya? Apa karena sampai sekarang aku masih hidup? Apa karena aku berhasil kembali setelah rentetan kejadian memuakkan? Apa karena aku masih berusaha untuk sembuh dari hal-hal memuakkan? Aku. Sama sekali. Tidak. Merasa. Kuat.
Aku takut dengan diriku sendiri. Takut jika suatu saat aku benar-benar "mati" namun hidup. Bisa saja, aku memang kembali bangkit setelah berkali-kali ditikam gelap kehidupan dan mulut orang-orang yang seenaknya. Tapi, disetiap bangkitku, bagaimana jika aku sedikit demi sedikit menanggalkan "hidup" dan perlahan-lahan "mati"?
Segila apapun aku nantinya, aku tetap ingin berkarya. Aku ingin terus berkarya karena itu satu-satunya mediaku untuk melepaskan perasaan-perasaan yang menumpuk. Jika kebebasanku untuk berkarya diambil juga, aku
Bisa
"Mati"
Mari berdoa semoga itu tidak terjadi. Mari. Tundukkan kepala, diriku. Tengadahkan tangan, diriku. Rapalkan doa, diriku. Ucapkan amin, diriku.
Ngomong-ngomong, funfact yang sangat menyenangkan, ingat tulisan "Sungkup"? Jum itu lahir dari aku. Apa kau tahu, seseorang bisa saja benar-benar mati karena ulah mulut kotor orang-orang. Mati yang bukan "mati"
Tulisan ngalor ngidul ini akan ditutup oleh satu kalimat penghibur lara:
Tulisan ngalor ngidul ini akan ditutup oleh satu kalimat penghibur lara:
Selagi aku punya orang-orang yang percaya kepadaku, mendukungku, dan berada di pihakku, semoga aku bisa terus hidup.
0 komentar:
Posting Komentar