Yang Tersisa?

Petang itu
Angin berjingkat-jingkat di beranda rumahmu
Menantikan kau pulang
Apa kau tak rindu masa kanak-kanak kita?
Layang-layang, sepeda merah, jalan setapak, tawa, luka di lutut

Ingatan kita mulai berlubang
Tidak ada yang ingin menjahitnya
Kita terlanjur berbalik
Kau selatan, aku utara

Petang tergelincir
Sepotong ingatan tersangkut pada langit kota
Yang muncul pada lipatan-lipatan suara adzan
Tapi mengapa
Di sisi jalan itu, kita tersenyum?

Sudah tidak ada lagi percakapan, bukan?

Untuk: TAH
Hanifa Majida
p.s: Kemaren aku dua kali ke rumahmu. Jangan tanya. Kamu tau. 

0 komentar:

Posting Komentar