Aku menepis peluh, yang jatuh bersamaan dengan helaan napas ketiga setelah aku mendaratkan kakiku diatas aspal hitam yang terpanggang. Jalanan masih sama sedari tadi. Hanya kendaraan-kendaraan yang berlalu lalang, dan debu yang beterbangan menghiasi atmosfer.
Aku melanjutkan berjalan. Menapak pada panasnya aspal hasil cahaya matahari yang mengenainya. Para dokar yang berhenti dengan dengusan sebal para kuda, dan para tukang becak yang sibuk mengipas dengan topi lebar mereka.
Aku rindu pada awan yang memeluk langit, pada hujan yang menepis gerah, dan suara katak yang bersahut-sahutan dibalik batu. Aku menggeleng, mengeluh hanya akan menambah peluh. Batinku.
Maka, kukuatkan kakiku, melangkah melawan matahari, debu, dan peluh yang jatuh.
0 komentar:
Posting Komentar