Aku memutar album 12 & 1 milik Janis Crunch yang berkolaborasi dengan Haruka Nakamura setelah melakukan hal tidak berguna pukul sebelas malam. Latihan make up. Aku sedang menyeka wajahku dengan micellar water dan memandangi cermin, kamu sedang apa, anak tua? Pertanyaan bagus yang sayangnya aku tidak memiliki jawaban bagus untuk mencari alasan yang cukup masuk akal.
Setelah wajahku bersih, aku memutuskan untuk menulis sebentar sebelum tidur. Aku punya rutinitas itu, biasanya aku menggunakan notebook untuk menulis. Kali ini pindah media, kira-kira begitu, karena rasanya yang ini akan lumayan panjang dan aku enggan membuat tanganku pegal. Ah, sindrom kemalasan ini sungguh menciptakan efisiensi kertas.
Makan malamku hari ini nasi telur pontianak. Aku mengulang mengucapkan 'telur pontianak' dua kali dan tertawa sendiri. Kalau dipikir-pikir, tawa receh itu adalah suaraku yang akhirnya terdengar setelah seharian diam. Kadang memang ada hari seperti itu, dimana aku tidak mengatakan apa-apa dan menjalani hari dengan keheningan. Tidak perlu merasa iba, aku sudah terbiasa.
Aku makan sambil menonton anime. Aku menonton ulang Kusuriya no Hitorigoto Season 1 dan sekarang sudah sampai di episode delapan belas. Alasan aku rewatch adalah aku ingin menonton season lanjutannya tapi ada beberapa bagian yang aku lupa. Ingatan kapasitas 2kb ini membuatku tercengang secara pribadi.
Sehabis makan, aku membaca pesan yang masuk dari Orion, yang akan kusingkat namanya jadi Yon. Aku juga kembali membaca pesan-pesan sebelumnya termasuk balasanku sendiri. Aku tidak memasang ekspresi apapun, hanya membaca dengan tenang dan menggulir layar ponsel secara perlahan. Cara komunikasi kami seperti sedang surat-suratan alias panjang. Sekali balas, isi teksnya banyak.
Berbincang dengannya entah kenapa memunculkan sedikit perasaan nostalgia. Dulu aku punya seseorang yang punya tabiat yang sama. Jarang kirim pesan, dalam sehari hanya sekali atau dua kali, atau malah dibalas dua hari kemudian, tapi isi pesannya panjang sekali. Aku cukup nyaman dengan cara komunikasi yang seperti itu. Bagaimana cara menjelaskan alasannya ya. Aku jelaskan di paragraf selanjutnya saja.
Jawaban singkatnya adalah karena aku suka menulis. Jawaban detailnya, aku bisa menghemat waktuku untuk tidak membalas chat terlalu sering. Aku hanya perlu satu waktu untuk duduk selama beberapa saat untuk membalas, kemudian meletakkan ponsel. Selesai. Menjawab dengan teks panjang berarti memiliki kemungkinan untuk bercerita lebih banyak dan lebih detail. Aku lumayan suka obrolan yang mendalam, bukan melulu soal deep talk, tapi lebih ke mengobrol seperti saling menyimak cerita. Apa penjelasanku masih sulit dipahami? Kira-kira begitu saja, ya.
Bagi sebagian orang, cara komunikasi yang seperti itu termasuk merepotkan. Menulis begitu panjang itu merepotkan jika tidak terbiasa menulis atau membaca. Aku tidak memaksa orang lain mengikuti gaya komunikasi yang sama. Aku terbiasa menyesuaikan diri dengan orang lain. Aku belajar untuk itu, menyesuaikan diri tapi masih memiliki batas nyaman untuk diri sendiri.
Sekarang mendekati pukul satu. Sepertinya aku harus mulai serius memperbaiki jam tidur yang kadang waras kadang rancu ini.
0 komentar:
Posting Komentar