Dimana Sesuatu yang Kita Kenal sebagai Keberanian?

 Aku punya beberapa menit sebelum waktu istirahatku habis, jadi aku memutuskan untuk menulis. Sebenarnya aku ingin tidur, karena semalaman aku tidak bisa tidur. Tapi lagi-lagi aku hanya diam memandang langit-langit kamar, memutar lagu sembarang di hp, dan tidak memikirkan apa-apa. Maka, disini lah aku sekarang. 

Pagi hari diawali dengan segala tergesa. Tergesa mandi, menulis kebutuhan tugas ini itu, mencari bahan referensi tambahan. Pukul delapan lebih sedikit, aku sudah menyusuri jalanan Solo, mencari toko brownis yang teksturnya aku harapkan. Jalanan padat, terik, asap kendaraan, dan aku yang diburu oleh waktu. 

Tugasku deadline-nya hari ini. 

Aku harus fokus menyelesaikan tugasku. Apapun yang terjadi. Walaupun notifikasi pesan dari Ibu terus masuk, menanyakan ini-itu, adikku yang berkabar tentang bagaimana situasinya, dan ah sudah lah. Banyak sekali yang aku ketahui, yang tidak mereka ketahui. Mengetahui hal yang seharusnya tidak diketahui itu menyebalkan. Tapi, kebenaran memang selalu datang lewat cara yang tidak pernah diduga. 

Aku harus secepatnya pulang. Ini bukan hal yang bisa aku tanggung sendirian. Ini bukan hal yang bisa aku ceritakan ke orang lain selain keluargaku, walaupun orang itu adalah orang yang paling aku percaya. Ada di posisiku rasanya berat, setidaknya aku merasa begitu. Aku tidak peduli orang lain akan berpikir seperti apa setelah membaca ini. Sungguh, aku terlalu lelah bahkan untuk mendengar itu. 

Segala hal terjadi secara tiba-tiba, kebenaran datang begitu saja, membombardir, tidak memberiku celah untuk sekedar menarik napas. Semua kebenaran itu, pesan-pesan Ibu, sempurna membuatku ingin melepas kepalaku saja biar tidak usah berpikir. 

Semalam, aku tanpa sadar menangis saat mengetik sesuatu. Aku gagal mengontrol emosiku. Aku terlalu terbawa emosi, membiarkan perasaanku yang mengambil alih. Aku tidak tahu kenapa aku begitu. Aku tidak seharusnya begitu. Aku bisa memilih untuk berpikir lebih tenang, menenangkan pihak lain, dan menyelesaikan dengan baik. Aku sungguh bisa memilih bertindak dengan lebih baik tanpa melibatkan emosi yang merugikan semua pihak. 

Aku tidak ingin lari lagi. Aku harus menghadapinya. Aku juga harus secepatnya kembali. 

Aku harus. 

0 komentar:

Posting Komentar