"Dulu, waktu aku kecil, aku suka berpura-pura bisa menjadi "mode kucing" ketika sedang mencari barang. Aku akan mengusapkan jari pada kedua mataku yang terpejam, sambil berkata, "mode kucing datang!" Lalu aku akan menelusuri tempat-tempat untuk mencari barangku yang hilang. Aku sewaktu kecil percaya jika mode ini mampu membuatku meminjam kekuatan mata kucing. Tentu saja, hal itu sekarang terdengar menggelikan, bukan? Kalau kau, hal aneh apa yang pernah kau lakukan ketika masih kecil?"
Dari sini, aku seakan bisa mendengar suara tawamu. Lembut, hangat, dan membuatku ingin ikut tersenyum. Seperti hangat sinar matahari pagi, terang namun damai.
Sekarang hari mulai siang, kesibukan di luar sana masih terus berlanjut. Aku bisa mendengar deru suara knalpot, sesekali teriakan orang di jalanan, atau suara abang penjual keliling yang membunyikan belnya. Di luar kamar ini, segalanya tampak begitu ramai. Sedangkan aku ada di sini, duduk di dekat jendela, seusai kelas, dengan perasaan tenang entah darimana asalnya. Mungkin darimu.
Lagi-lagi aku seperti bisa mendengar suara tawamu.
"Kalau aku, dulu pernah memakan apel bersamaan dengan sop."
Mendengar jawabanmu, aku mengernyitkan alis, ingin bertanya sesuatu, namun ku urungkan. Aku akan membiarkanmu bercerita dahulu. Lalu kau melanjutkan.
"Aku juga pernah sepertimu. Tapi aku bukan menjadi mode kucing. Aku menjadi power ranger merah. Kau tau, dulu ada jam tangan dino warna merah? Dengan itu, aku merasa bisa berubah menjadi ranger merah."
Ah, aku tahu mengenai jam tangan itu. Kau lantas memperlihatkan jam tangan dino merah itu lagi. Masa kecilmu lucu, aku bergumam sendiri, sepertinya kau tidak mendengarnya. Mungkin pikiranmu sibuk kembali berpetualang ke masa kecilmu.
Hening. Lalu kau kembali melanjutkan.
"Yang masih tersisa sampai sekarang adalah tentang bagaimana aku menerka bentuk awan-awan. Ketika aku melihat awan, aku seakan mampu melihat mereka menjadi sebuah bentuk, apapun itu."
Ini memang terdengar seperti kau. Aku tersenyum. Bukankah warna biru langit selalu mampu membuatmu tenang? Begitu juga aku.
Aku menghela napas. Biru. Menurut psikologi warna, biru memiliki makna kesedihan. Sebelum aku mempelajari psikologi warna, aku sudah merasa bahwa warna itu terlihat sedih. Kau bilang bahwa biru adalah warna kebebasan. Benar, terlihat, bebas, luas, lapang, namun seperti ada kesendirian dan kesedihan. Kelak, aku ingin bisa memahami makna biru milikmu, tanpa ada rasa kesendirian atau kesedihan lagi seperti milikku.
Sepertinya bukan kau yang tertolong, namun aku yang tertolong.
0 komentar:
Posting Komentar